Dalam suatu Negara umumnya terdapat dia wilayah yang dibedakan
berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana, sumberdaya manusia (SDA), dan
pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Umumnya wilayah yang lebih maju disebut
perkotaan dan yang masih berkembang dinamakan pedesaan. Dan dari kedua wilayah
tersebut memiliki beberapa masalah yang di timbulkan dari beberapa faktor
seperti, faktor sosial dan faktor ekonomi. Berikut merupakan cirri-ciri dan
penjelasan mengenai masalah pedesaan dan perkotaan.
PEDESAAN
Yang dimaksud dengan
desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut: Desa adalah
suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan
tersendiri.
Menurut Bintaro, desa
merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan
kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan
pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedang menurut Paul H.
Landis desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri
sebagai berikut :
a) mempunyai pergaulan
hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c) Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Permasalahan yang ada di pedesaan
Pendidikan
Pada dasarnya, pendidikan yang baik itu haruslah mampu
menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan bermanfaat serta
menjadikan masyarakat pedesaan lebih terbuka dan akses terhadap pendidikan.
Seiring perkembangan zaman, pengertian pendidikan pun mengalami perkembangan.
Sehingga, pengertian pendidikan menurut beberapa ahli
(pendidikan) berbeda, tetapi secara esenssial terdapat kesatuan unsur-unsur
atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pendidikan
menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya
mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan lainnya.
Umumnya masyarakat pedesaan kurang begitu sadar akan pentingnya
pendidikan, Mereka lebih memilih mengajak anak-anak mereka berkebun atau
bertani, ketimbang menyekolahkan mereka. Alhasil banyak dari masyarakat
pedesaan yang buta tulis dan hitung. Oleh karena itu taraf hidup masyarakat
pedesaan relative.
Salah satu kendala yang telah disadari oleh pemerintah dalam
bidang pendidikan di tanah air adalah kesenjangan dan ketidakadilan dalam
mengakses terutama pendidikan. Hal ini yang menyebabkan kesadaran masyarakat di
desa sangat kurang dan tidak antusias serta memahami akan pentingnya
pendidikan.
Selain itu, kendala lain negara berkembang termasuk Indonesia, untuk masa yang
lama menghadapi empat hambatan besar dalam bidang pendidikan, yaitu:
1. Peninggalan penjajah dengan masyarakat yang tingkat pendidikannya sangat
rendah.
2. Anggaran untuk bidang pendidikan yang rendah dan biasanya kalah bersaing
dengan kebutuhan pembangunan bidang lainnya,
3. Anggaran yang rendah biasanya diarahkan pada bidang-bidang yang justru
menguntungkan mereka yang relatif kaya,
4. Karena anggaran rendah, dalam pengelolaan pendidikan biasanya timbul
pengelolaan yang tidak efisien.
Hal ini terlihat dimana pemerintah tidak saja mampu merancang penerapan
kebijakan yang disukainya, tetapi juga menafsirkan ulang teks kebijakan sesuai
preferensi kebijakannya, termasuk dalam bidang pendidikan. Dimana kebijakan
disetujui, diterima, dan dilaksanakan oleh pranata pemerintah.
Manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan sebagai instrumen pembebas,
yakni membebaskan masyarakat pedesaan dari belenggu kemiskinan,
keterbelakangan, kebodohan, dan penindasan. Selain itu, pendidikan yang baik
seharusnya berfungsi pula sebagai sarana pemberdayaan individu dan masyarakat
desa khususnya guna menghadapi masa depan. Pendidikan difokuskan melalui
sekolah, pesantren, kursus-kursus yang didirikan di pedesaan yang masyarakatnya
masih ‘buta’ akan ilmu.
Masyarakat
pedesaan yang terberdayakan sebagai hasil pendidikan yang baik dapat memiliki
nilai tambah dalam kehidupan yang tidak dimiliki oleh masyarakat yang tidak
mengenyam pendidikan sama sekali. Sehingga jelas, peranan pendidikan sebagai
kebutuhan pokok yang mendasar dan haruslah terpenuhi bagi masyarakat pedesaan
dalam manfaat lainnya untuk meningkatkan taraf hidup dan kesajahteraan hidup
yang berkelanjutan.
Tingginya angka
kemiskinan
Dalam upaya percepatan pembangunan di segala bidang masih
terdapat beberapa kendala,antara lain masih tingginya angka penduduk miskin,
walaupun selama empat tahun
terakhir jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sekitar 19,51% dari jumlah
penduduk miskin tahun 2001 yaitu sebanyak 164.125 jiwa. Dari penurunan jumlah
penduduk miskin tersebut sampai pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin
masih sebanyak 132.125 jiwa atau 24,28 %.
Rendahnya kualitas
Sumber Daya Manusia
Peningkatan layanan pendidikan sangat
diperlukan dalam rangka meningkatkan kompetensi anak didik. Output layanan
pendidikan dengan pendekatan Indek Pembangunan Manusia (IPM)
masih menunjukkan kondisi yang jauh dari harapan. Indek Pembangunan
Manusia komponen pendidikan tahun 2004 menunjukkan angka 6,18 tahun atau masih
lebih rendah dari rata-rata IPM Jawa Timur dengan capai 6,55. Namun bila
dibandingkandengan IPM tahun 2003 terdapat kenaikan 0,13. Demikian pula segi
kesehatan.
masih banyak yang perlu mendapatkan perhatian, khususnya angka kematian ibu dan
anak dan kesakitan malaria masih relatif tingginya.
Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)
Dalam buku Sosiologi
karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan
masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mebngenal
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Afektifitas ada
hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya
dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah
yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu
mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan
orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman
persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan
keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif,
perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu
saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu
keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan
antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa
menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian
tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih
murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
PERKOTAAN
Pengertian Kota
Seperti halnya desa, kota
juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti pendapat beberapa ahli
berikut ini.
i. Wirth
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
ii. Max Weber
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
iii. Dwigth Sanderson
Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri
mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan
komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Menurut konsep
Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut Kota, karena memang gaya hidupnya
yang cenderung bersifat individualistik. Marilah sekarang kita meminjam lagi
teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang diantaranya mempunyai
ciri-ciri :
a). Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas dan
sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau
Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional
atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat
rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b). Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri,
pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan
kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup
tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk
individualistik.
c). Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran
rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
d). Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima
berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e). Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri dari
lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya
Permasalahan yang ada
di perkotaan
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah soaial yang tak kunjung
tuntas. Walaupun berbagai upaya untuk mengatasi hal tersebut sudah dilakukan,
namun sampai saat inipun belum selesai juga. Kemiskinan dapat berarti sebagai
suatu keadaan dimana seseorang atau individu tidak dapat memenuhi kebutuhannya
dan tidak dapat memelihara diri sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompok dan
juga tidakmampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak
merupakan masalah sosial. Pada waktu ditetapkannya taraf hidup sebagai suatu
kebiasaan, maka kemiskinan timbul menjadi suatu masalah sosial. Pada saat individu
tersebut sadar akan kedudukan ekonominya, maka mereka mampu untuk mengatakan
dirinya kaya atau miskin.Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial, apabila
perbedaan keadaan ekonomis para warga masyarakat ditentukan secara tegas.
Pada
masyarakat yang bersahaja susunan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan
merupakan suatu masalah sosial. Karenamereka mengangap semua itu telah
ditakdirkan, sehinga tidak ada suatu usaha untuk mengatasinya.
Berbeda dengan masyarakat modern. Mereka menganggap kemiskinan adalah suatu
masalah sosial. Seseorang merasa miskin karena mereka menganggap harta miliknya
dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf hidupnya yang ada. Hal ini dapat
terlihat jelas di kota – kota besar. Seperti di Jakarta, seseorang dianggap
miskin karena tidak memiliki radio, televisi, kendaraan, dll. Sehingga barang –
barang tersebut dijadikan sebagai ukuran keadaan ekonomi seseorang.
Kemiskinan yang terjadi di banyak tempat di Indonesia ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain :
a. Kebodohan
Tingkat kebodohan seseorang dapat memicu terjadinya kemiskinan. Hal ini karena
individu tersebut tidak memiliki pengetahuan atau pendidikan, keterampilan yang
memadai yang dapat digunakan untuk mencari penghasilan dan dapat menaikkan
taraf hidup individu tersebut serta mampu memenuhi kebutuhannya.
b. Kurangnya kreativitas individu
Jika seseorang dapat menggunakan kekretivitasnya, tidak dipungkiri mereka dapat
memiliki penghasilan yang dapat menaikkan taraf hidup mereka. Mereka dapat
menggunakan sarana prasarana dan segala aspek – aspek yang ada untuk mencari
dan mendapatkan sumber penghasilan.
c. Tingkat kelahiran yang tinggi
Tingkat kelahiran yang tinggi ini juga dapat memicu terjadinya kemiskinan di
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran biaya yang lebih besar,
sehingga dapat dimungkinkan harta kekayaannya lama – lama terkuras. Namun hal
ini berbeda untuk kelompok sosial yang memiliki penghasilan yang cukup bahkan
lebih serta menetap. Mereka menganggap masih mampu menghidupi anggota kelompoknya.
Maka mereka tidak dianggap sebagai kelompok sosial miskin. Hal ini tampak
sebagian besar di kota – kota besar.
d. Pengaruh lingkungan hidup atau tempat tinggalnya
Lingkungan hidup dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Seseorang yang berada
di lingkungan miskin pasti akan ikut terbawa arus kemiskinan. Apalagi individu
– individu dalam kelompok tersebut adalah individu – individu yang tidak mampu
mengurusi dirinya sendiri dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya serta berada
dalam gelombang kebodohan.
e. Keturunan
Tingkat ekonomi dari kelompok sosialnya dapat mempengaruhi dengan jelas.
Individu yang berasal dari golongan miskin, tidak menutup kemungkinan akan
memyebabkan ia ikut miskin. Karena orang tuanya tidak mampu mencukupi segala
kebutuhannya, sehingga mereka menganggap kehidupannyaadalah takdir yang tekah
digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Sehingga kurang adanya kemauan untuk mengubah
keadaannya.
Meningkatnya Kemacetan
Pertumbuhan
jumlah kendaraan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pendapatan
penduduk, membawa implikasi lain bagi perkotaan. Masalah kemacetan lalu lintas
merupakan masalah yang tidak mudah dipecahkan oleh para pengambil kebijakan
perkotaan.
Terbatasnya wilayah untuk memperluas jaringan jalan, merupakan kendala
terbesar sehingga penambahan ruas jalan yang dilakukan pemerintah tak dapat
mengimbangi laju pertambahan penduduk. Akibatnya persoalan kemacetan lalu
lintas ini semakin lama semakin menjadi.
Persoalannya semakin pelik,
ketika pemerintah tidak mampu menyediakan sarana transportasi umum dan massal
yang memadai, sehingga masyarakat lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi
dan akhirnya menjadikan masalah kemacetan ini makin menjadi.
Di lain pihak pembangunan
kota-kota satelit di sekitar Jakarta, tak mampu memecahkan masalah ini, karena
para penduduk kota satelit ini justru masih mencari penghidupan di Jakarta.
Akibatnya pembangunan kota-kota ini justru hanya memperluas sebaran
daerah-daerah pusat kemacetan lalu lintas.
Disparitas Pendapatan
Antarpenduduk Perkotaan
Perbedaan tingkat kemampuan, pendidikan dan akses terhadap sumber-sumber
ekonomi menjadikan persoalan perbedaan pendapatan antarpenduduk di perkotaan
semakin besar.
Di satu pihak, sebagian kecil dari penduduk perkotaan menguasai
sebagian besar sumber perekonomian. Sementara di sisi lain, sebagian besar
penduduk justru hanya mendapatkan sebagian kecil sumber perekonomian.
Akibatnya, terdapat kesenjangan pendapatan yang semakin lama semakin besar.
Sebagai bagian dari mekanisme pasar, kondisi ini sebenarnya
sah-sah saja dan sangat wajar terjadi. Persoalannya, ternyata dan praktiknya
disparitas pendapatan ini menimbulkan persoalan sosial yang tidak ringan.
Terjadinya kecemburuan sosial yang bermuara pada kerusuhan massal, kerap
terjadi karena persoalan ini. Dalam skala yang lebih kecil, meningkatnya
kriminalitas di perkotaan, merupakan implikasi tidak meratanya kemampuan dan
kesempatan untuk menikmati pertumbuhan perekonomian di perkotaan.
.Meningkatnya Sektor Informal
Kesenjangan
antara kemampuan menyediakan sarana penghidupan dengan permintaan terhadap
lapangan kerja, memacu tumbuhnya sektor informal perkotaan. Pada saat krisis
ekonomi terjadi jumlah penduduk perkotaan yang bekerja di sektor informal ini
semakin besar. Di satu sisi tumbuhnya sektor informal ini merupakan katup
pengaman bagi krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Bangsa Indonesia.
Namun, pada gilirannya peningkatan aktivitas sektor informal, terutama yang
berada di perkotaan dan menyita sebagian ruang publik perkotaan, menimbulkan
masalah baru terutama menyangkut aspek kenyamanan dan ketertiban yang juga
menjadi hak publik bagi warga perkotaan yang lain.
Ciri-ciri masyarakat Perkotaan
Ada beberapa ciri yang
menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
i. Kehidupan
keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang
kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
ii. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
berdantung pada orang lain (Individualisme).
iii. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata.
iv. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak
diperoleh warga kota.
v. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor
waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting,
intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
vi. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
Perbedaan antara desa
dan kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat
pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut
Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan
pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun
kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat
kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya
sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses
sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula.
Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat
menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih
erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat
pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem
kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan
ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan
kekerabatan.
Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang
peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari
pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata,
tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan
saja .
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya
memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka
apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa
di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu
seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada
mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu
masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut
antara lain :
1) jumlah dan
kepadatan penduduk
2) lingkungan hidup
3) mata pencaharian
4) corak kehidupan sosial
5) stratifiksi sosial
6) mobilitas sosial
7) pola interaksi sosial
8)solidaritas sosial
9) kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional
Menurut pendapat saya
Pedesaan : Alangkah baik nya tingkat permasalahan
pendidikan, pendapatan ekonomi, dll di pedesaan dapat segera teratasi dan lebih
dikembangkan lagi supaya masyarakat pedesaan dapat menikmati semua fasilitas
yang telah disediakan oleh pemerintah.
Perkotaan : Tingkat kan pendidikan, rasa saling
menghormati satu sama lain, rasa sosialitas terhadap masyarakat yang berketidak
mampuan, serta jangan terlalu hidup dalam kemewahan, sebagai hal yang positif
sebaiknya masyarakat kota dapat membantu masyarakat desa yang memang memiliki
banyak kekurangan terutama dalam hal pendidikan.
Nara Sumber :
http://alfarisyi15.blogspot.co.id/2011/11/masalah-pedesaan-dan-perkotaan.html